Rabu, 18 Maret 2020

gaya belajar dan cara berpikir peserta didik




 Gaya belajar dan cara berpikir individu peserta didik
Minat belajar
Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu  yang diminatinya. Sedangkan belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. Adapun pendapat para ahli meengenai hal ini diantaranya:
a)    Sabri(2010) pengertian minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan sesuatu secara terus menerus, minat belajar ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang memiliki minat belajar kepada sesuatu berarti ia bersikap senang kepada sesuatu.
b)   M. Syah minat belajar adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
c)    Ahmad Marimba, minat belajar adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu. Pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu.
d)   Mahfudh Shalahuddin, minat belajar adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan begitu minat belajar sangat menentukan sikap yang membuat seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain minat belajar dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan.
Dari pendapat yang dikemukan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar, dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang  bersifat menetap dan akan timbul rasa senang saat terlibat aktif di dalamnya.
Adapu faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar pada peserta didik adalah sebagai berikut:
1.   Perhatian, perhatian sangat penting dalam mengikuti kegiatan dan hal ini akan berpengaruhi terhadap minat siswa dalam belajar. Peserta didik yang menaruh perhatian penuh dalam kegiatan belajar dan mengajar pasti akan berusaha untuk memperoleh nilai yang baik.
2.   Perasaan, pada umumnya perasaanberkaitan dengan fungsi mengenal artinya perasaan senang dapat timbul karena mengamati, menanggapi, mengingat dan memikirkan sesuatu. Seorang peserta didik yang mengalami dan merasakan pengalaman yang baik, mendapatkan nilaai yang baik di sekolah pasti akan merasa sangat senang. Hal ini bisa membangkitkan minat belajarnya untuk mendapatkan sesuatu yang baik.
3.   Minat, minat belajar dari seorang peserta didik akan semakin tinggi bila disertai dengan minat, baik yang bersifat internal maupun yang eksternal.
4.   Teman pergaulan, melalui pergaulan seorang peserta didik akan memperoleh minat belajar. Tentunya teman pergaulan yang dimaksudkan di sini adalah teman pergaulan yang akan membawanya ke arah yang positif
5.   Cita-cita, hal ini juga dapat mempengaruhi minat belajar dari seorang peserta didik, bahkan cita-cita dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat belajar seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang.
6.   Keluarga, orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenannya keluarga sangat berpengaruh dalm perkembangan minat belajar dari seorang peserta didik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar diatas dapat pula sebagai faktor yang mempengaruhi perbedaan gaya belajar dalam masing-masing peserta didik. Misalkan saja seorang peserta didik yang ada masalah dalam keluarganya tentu saja hal ini bisa mengakibatkan minat belajarnya menurun atau bahkan tidak ada minat belajar sama sekali.
Gaya berpikir
Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12-18 tahun,yaitu yang lebih kurang sma dengan usia siswa SMP/SMA, merupakan period of formal operation. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (meaning fully) tanpa memerlukan objek yang konkret atau bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan
dalam Multiple Intellegeneces yang dikemukakan oleh Gardner
(1993) yaitu; kecerdasan linguistik, kecerdasan logis metematis, mekerdasan
musikal, kecerdasan spansial, kecerdasan kinestik ragawi, kecerdasan
intrapribadi, kecerdasan antarpribadi. Ketujuh kecerdasan ini seyogianya
dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik keilmuan pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan.
Gaya berpikir merupakan cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan
kemampuannya, sebagai proses penarikkan kesimpulan. Berpikir sebagai proses
penarikan kesimpulan dari persoalan yang dipahami yang kemudian mampu
menemukan pemecahan persoalan itu, sehingga menghasilkan kesimpulan dan
penemuan baru. Cara siswa bereaksi dalam berpikir yang secara konsisten merupakan
gaya berpikir siswa tersebut meskipun berbeda-beda namun para peneliti dapat
menggolongkannya ke dalam empat jenis gaya berpikir yang ada kaitannya dengan
proses belajar-mengajar di sekolah, yaitu gaya berpikir menurut type:
a. Field Dipendence x Field Independence
b. Impulsive x Reflective
c. Preceptive x Receptive; dan
d. Sistimatis x Intuitive
Keempat jenis golongan gaya berpikir siswa tersebut dalam proses belajar
mengajar di sekolah merupakan gaya atau cara reaksi siswa pada waktu permulaan
belajar, pada waktu menerima pelajaran, pada waktu menyerap pelajaran dan pada
waktu memecahkan permasalahan (menjawab pertanyaan). Adapun penjelasan dari
empat gaya berfikir siswa dalam sekolah yaitu;
a. Gaya berpikir Siswa pada Permulaan Belajar
Gaya berpikir ini ada dua macam, yaitu: Field Dipendence dan Field
Independence11. Gaya berpikir Field Dependence ialah gaya belajar siswa yang mau
memulai belajar apabila ada pengaruh atau perintah dari orang lain (guru atau orang
tua). Sebaliknya, pada gaya belajar Field Independence, siswa mau belajar secara
mandiri tanpa harus di suruh atau dipengaruhi orang lain. Gaya berpikir independence
inilah yang sebaiknya terjadi pada setiap permulaan belajar. Terjadinya gaya belajar
tersebut pada diri masing-masing siswa berkaitan erat dengan pengalaman pendidikan
dan perkembangan pribadinya. Pada siswa yang dependence gaya belajarnya, sejak
kecil ia dididik untuk selalu memperhatikan orang lain; selalu mengingat atau mengikuti
hal-hal dalam konteks sosial; siswa ini kemungkinannya memperoleh pendidikan secara
otoriter dari orang tuannya atau kemungkinannya ialah salama belajar ia tidak pernah
memperoleh keberhasilan atau kepuasan dalam belajarnya. Sedangkan siswa yang
mempunyai gaya belajar independence, ia memperoleh pengalaman pendidikan secara demokratis, ia di didik untuk dapat berdiri sendiri dan mempunyai otonomisasi dalam
tindakannya dan kemungkinan besar dalam setiap kegiatan belajar yang dialaminya
berhasil memperoleh ganjaran atau kepuasan.
b. Gaya berpikir Siswa dalam Menerima Pelajaran
Ada dua macam gaya berpikir siswa dalam menerima pelajaran, yaitu gaya
preceptive dan gaya receptive12. Gaya berpikir preceptive ialah kecenderungan siswa
dalam menerima pelajaran/ informasi atau dalam mengumpulkan informasi dalam
belajar yang dilakukan dengan beraturan yaitu dengan mengadakan organisasi atau
hubungan terhadap hal-hal atau konsep-konsep dari informasi yang diterimanya agar
dapat dikenali/dipahami secara bulat/utuh. Sedangkan pada gaya berpikir receptive,
kecenderungan siswa dalam menerima pelajaran dilakukan dengan menerima informasi
(yang disampikan guru/disajikan oleh buku) secara detail, tanpa berusaha untuk
membulatkan/mengorganisir konsep-konsep informasi yang diterimanya. Apabila siswa
tersebut mencatat pelajaran yang disampaikan guru maka mereka cebderung untuk
mencatat setiap kata-kata guru secara detail. Tetapi sebaliknya bagi siswa yang bergaya
Receptive, mereka hanya mencatat kesimpulan dari informasi-informasi yang
diterimanya. Oleh karena itu, gaya berpikir perceptive inilah yang sebaiknya dilakukan
siswa dalam menerima pelajaran.
Gaya berpikir Siswa dalam Menyerap Pelajaran
Gaya belajar siswa pada waktu menyerap pelajaran ada dua macam, yaitu gaya
Impulsive dan gaya reflective. Gaya berpikir impulsive ialah gaya siswa dalam
menyerap pelajaran cenderung untuk cepat-cepat mengambil keputusan tanpa
memikirkan secara mendalam untuk memahami konsep-konsep informasi yang telah
diterimanya. Sebaliknya, siswa yang bergaya reflective dalam menyerap pelajaran,
mereka akan mempertimbangkan/memikirkan semua konsep informasi yang telah
diterimanya terlebih dahulu sebelum diambil keputusan/dipahami. Dengan demikian,
ada perbedaan cara menyerap pelajaran pada kedua jenis gaya berpikir tersebut, yaitu
gaya berpikir impulsive lebih cenderung menghafal semua konsep yang diajarkan,
sedangkan gaya berpikir reflective siswa cenderung untuk selalu memikirkan dan
memahami semua konsep formasi yang disampaikan guru. Dalam menghadapi ujian
dengan test objektif yang jumlah soalnya banyak dan harus diselesaikan dalam waktu
yang singkat/terbatas, bagi siswa yang impulsive akan dapat dengan mudah dan cepat
penyelesaiannya, maka sebaliknya bagi siswa yang bertipe reflective
d, Gaya berpikir Siswa dalam Memecahkan Masalah
Dalam memecahkan masalah atau dalam menjawab soal yang diajukan guru, hal
ini bertipe dua macam, yaitu: gaya intuitive dan gaya sistimatis. Pada gaya intuitif siswa
dalam memecahkan/ menjawab soal dilakukan hanya secara intuisi atau menurut
perasaannya saja. Sedangkan bagi siswa yang sistematis gaya berpikir dalam menjawab
permasalahan, tidak dilakukan secara trial and error, tetapi dengan cara sistimatis, yaitu
dimulai dengan melihat struktur masalahnya, kemudian mengumpulkan dan
menetapkan alternatif jawaban yang paling tepat untuk menjawab masalah.
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, ada beberapa gaya berpikir yang baik
dan perlu dilestarikan serta ada pula gaya berpikir siswa yang kurang baik yang
perlu segera dimodifikasi oleh guru. Gaya berpikir siswa yang perlu
diperbaiki/dimodifikasi tersebut adalah gaya berpikir Field Dependence dalam memulai
belajar, gaya berpikir Receptive dalam menerima pelajaran, gaya berpikir Impulsive
dalam menyerap pelajaran dan gaya belajar intuitif dalam menjawab/memecahkan
masalah. Adapun usaha-usaha modikasi tersebut adalah antara lain;13
1. Memperbaiki gaya berpikir Field Dependence. Tujuan modifikasi gaya berpikir
field dependence ini ialah agar siswa secara berangsur-angsur mau belajar
sendiri/mandiri, tidak harus diperintah/ disuruh untuk belajar oleh guru.
Cara yang harus dilakukan guru adalah:
a. Dalam setiap mengajar guru harus selalu membangkitkan motivasi intrinsik
kepada diri siswa.
b. Setiap selesai mengajar guru harus memberikan tugas resitasi/pekerjaan rumah
(Pr).
c. Upayakanlah performance tindakan/perlakuan guru dalam mengajar dapat
membantu membangkitkan minat siswa kepada pelajaran
d. Usahakanlah agar setiap siswa dalam belajar memperoleh kepuasan melalui
prosedur didaktis pedadogis yang memungkinakan.
2. Memperbaiki gaya berpikir Receptive.Tujuan memodifikasi gaya berpikir
Receptive ini ialah agar siswa dalam menerima pelajaran agar jangan diingat secara
detail, tetapi harus diorganisir agar dapat dikenali/dipahami secara bulat.
Cara memodifikasinya
Cara memodifikasinya adalah:
a. Dalam setiap mengajar, guru harus membuat kerangka uraian/skema pelajaran
yang akan disampaikan.
b. Perlu diingatkan kepada siswa agar jangan menerima pelajaran secara detail;
tetapi diorganisir/dibulatkan.
c. Uraikanlah penjelasan-penjelasan guru dengan lambat-lambat agar dapat diikuti
dengan baik oleh siswa.
d. Setiap selesai menguraikan pertanyaan untuk mengecek penguasaan/pemahaman
informasi yang telah disampaikan.
3. Memperbaiki gaya berpikir yang Impulsive.Tujuan memperbaiki gaya berpikir
ini adalah agar siswa dalam menyerap pelajaran jangan dihafal seluruhnya, tetapi harus
dipahami.
Cara yang harus dilakukan oleh guru dalam memperbaiki gaya impulsive ini ialah
a. Ingatkan kepada siswa agar jangan tergesa-gesa dalam menyerap pelajaran.
b. Dengarkan dulu baik-baik informasi/penjelasan dari guru kemudian disusun dan
dipikirkan dengan baik untuk dipahami c. Seperti halnya cara memperbaiki gaya receptive, dalam memperbaiki gaya
impulsive ini guru dalam mengajar harus membuat kerangka/skema uraian di
papan tulis dan setiap selesai mengajar, bagian-bagian pelajaran harus disusul
dengan mengajukan pertanyaan untuk mengecek kemampuan dan keberhasilan
siswa dalam menyerap pelajaran.
4. Memperbaiki gaya berpikir Intuitif. Tujuan memperbaiki gaya berpikir ini adalah
agar siswa dalam memecahkan permasalahan jangan secara trial and error, tetapi
terbiasa untuk menjawab masalah secara sistimatis.
Cara memperbaikinya ialah:
a. Ingatkan kepada siswa agar jangan menjawab pertanyaan menurut perasaan atau
bisikan hati saja.
b. Dengar dan simaklah dulu penjelasan yang diajukan dengan sebaik-baiknya,
perhatikan struktur masalahnya yang perlu dijawab.
c. Kumpulkan data/alternatif jawaban yang mungkin berkaitan dengan struktur permasalahan.
d. Tentukan jawaban dari alternatif-alternatif jawaban yang paling tepat.
Semua cara modifikasi yang disarankan pada uraian tersebut apabila dapat
dilaksanakan secara kontinyu dan terorganisir secara integral dalam pelaksanaannya
dapat diharapkan mampu memperbaiki gaya belajar dan berpikir yang tidak baik pada diri siswa.



DAMPAK FERTILITAS TINGGI TERHADAP LINGKUNGAN PERKOTAAN

  Nama: Godensiyani Elastri Murni Npm : 20302076    Fertilitas merupakan salah satu faktor demografi yang mampu mengendalikan pertumbuhan pe...