Minat belajar
Minat merupakan sifat
yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat sangat besar pengaruhnya
terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sedangkan belajar merupakan
suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan.
Perubahan tingkah laku tersebut baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikapnya. Adapun pendapat para ahli meengenai hal ini diantaranya:
a)
Sabri(2010) pengertian minat belajar
adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan sesuatu secara terus menerus,
minat belajar ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat
dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang
yang memiliki minat belajar kepada sesuatu berarti ia bersikap senang kepada
sesuatu.
b)
M. Syah minat belajar adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu.
c)
Ahmad Marimba, minat belajar adalah
kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan
sesuatu itu. Pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu.
d)
Mahfudh Shalahuddin, minat belajar
adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan begitu minat
belajar sangat menentukan sikap yang membuat seseorang aktif dalam suatu
pekerjaan, atau dengan kata lain minat belajar dapat menjadi sebab dari suatu
kegiatan.
Dari
pendapat yang dikemukan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat
belajar akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar, dan kecenderungan
untuk merasa tertarik pada suatu bidang
bersifat menetap dan akan timbul rasa senang saat terlibat aktif di
dalamnya.
Adapu
faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar pada peserta didik adalah sebagai
berikut:
1.
Perhatian, perhatian sangat penting
dalam mengikuti kegiatan dan hal ini akan berpengaruhi terhadap minat siswa
dalam belajar. Peserta didik yang menaruh perhatian penuh dalam kegiatan
belajar dan mengajar pasti akan berusaha untuk memperoleh nilai yang baik.
2.
Perasaan, pada umumnya
perasaanberkaitan dengan fungsi mengenal artinya perasaan senang dapat timbul
karena mengamati, menanggapi, mengingat dan memikirkan sesuatu. Seorang peserta
didik yang mengalami dan merasakan pengalaman yang baik, mendapatkan nilaai
yang baik di sekolah pasti akan merasa sangat senang. Hal ini bisa
membangkitkan minat belajarnya untuk mendapatkan sesuatu yang baik.
3.
Minat, minat belajar dari seorang
peserta didik akan semakin tinggi bila disertai dengan minat, baik yang
bersifat internal maupun yang eksternal.
4.
Teman pergaulan, melalui pergaulan
seorang peserta didik akan memperoleh minat belajar. Tentunya teman pergaulan
yang dimaksudkan di sini adalah teman pergaulan yang akan membawanya ke arah
yang positif
5.
Cita-cita, hal ini juga dapat
mempengaruhi minat belajar dari seorang peserta didik, bahkan cita-cita dapat
dikatakan sebagai perwujudan dari minat belajar seseorang dalam prospek
kehidupan di masa yang akan datang.
6.
Keluarga, orang tua adalah orang yang
terdekat dalam keluarga, oleh karenannya keluarga sangat berpengaruh dalm
perkembangan minat belajar dari seorang peserta didik.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi minat belajar diatas dapat pula sebagai faktor yang
mempengaruhi perbedaan gaya belajar dalam masing-masing peserta didik. Misalkan
saja seorang peserta didik yang ada masalah dalam keluarganya tentu saja hal
ini bisa mengakibatkan minat belajarnya menurun atau bahkan tidak ada minat
belajar sama sekali.
Gaya
berpikir
Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada
usia 12-18 tahun,yaitu yang lebih kurang sma dengan usia siswa SMP/SMA,
merupakan period of
formal operation. Pada
usia ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan
berfikir secara simbolis dan bisa memahami
sesuatu secara bermakna
(meaning fully) tanpa memerlukan objek yang konkret atau
bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami
hal-hal yang bersifat imajinatif. Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh
kecerdasan
dalam Multiple
Intellegeneces yang
dikemukakan oleh Gardner
(1993) yaitu; kecerdasan linguistik, kecerdasan logis metematis,
mekerdasan
musikal, kecerdasan spansial, kecerdasan kinestik ragawi, kecerdasan
intrapribadi, kecerdasan antarpribadi. Ketujuh kecerdasan ini
seyogianya
dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik keilmuan pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan.
Gaya berpikir merupakan cara yang dipilih seseorang untuk
menggunakan
kemampuannya, sebagai proses penarikkan kesimpulan. Berpikir
sebagai proses
penarikan kesimpulan dari persoalan yang dipahami yang
kemudian mampu
menemukan pemecahan persoalan itu, sehingga menghasilkan
kesimpulan dan
penemuan baru. Cara siswa bereaksi dalam berpikir yang
secara konsisten merupakan
gaya berpikir siswa tersebut meskipun berbeda-beda namun
para peneliti dapat
menggolongkannya ke dalam empat jenis gaya berpikir yang ada
kaitannya dengan
proses belajar-mengajar di sekolah, yaitu gaya berpikir
menurut type:
a. Field Dipendence x Field Independence
b. Impulsive x Reflective
c. Preceptive x Receptive; dan
d. Sistimatis x Intuitive
Keempat jenis golongan gaya berpikir siswa tersebut dalam
proses belajar
mengajar di sekolah merupakan gaya atau cara reaksi siswa
pada waktu permulaan
belajar, pada waktu menerima pelajaran, pada waktu menyerap
pelajaran dan pada
waktu memecahkan permasalahan (menjawab pertanyaan). Adapun
penjelasan dari
empat gaya berfikir siswa dalam sekolah yaitu;
a. Gaya berpikir Siswa pada Permulaan Belajar
Gaya berpikir ini ada dua macam, yaitu: Field Dipendence dan
Field
Independence11. Gaya berpikir Field Dependence ialah
gaya belajar siswa yang mau
memulai belajar apabila ada pengaruh atau perintah dari
orang lain (guru atau orang
tua). Sebaliknya, pada gaya belajar Field Independence,
siswa mau belajar secara
mandiri tanpa harus di suruh atau dipengaruhi orang lain.
Gaya berpikir independence
inilah yang sebaiknya terjadi pada setiap permulaan belajar.
Terjadinya gaya belajar
tersebut pada diri masing-masing siswa berkaitan erat dengan
pengalaman pendidikan
dan perkembangan pribadinya. Pada siswa yang dependence gaya
belajarnya, sejak
kecil ia dididik untuk selalu memperhatikan orang lain;
selalu mengingat atau mengikuti
hal-hal dalam konteks sosial; siswa ini kemungkinannya
memperoleh pendidikan secara
otoriter dari orang tuannya atau kemungkinannya ialah salama
belajar ia tidak pernah
memperoleh keberhasilan atau kepuasan dalam belajarnya.
Sedangkan siswa yang
mempunyai gaya belajar independence, ia memperoleh
pengalaman pendidikan secara demokratis, ia di didik untuk dapat berdiri
sendiri dan mempunyai otonomisasi dalam
tindakannya dan kemungkinan besar dalam setiap kegiatan
belajar yang dialaminya
berhasil memperoleh ganjaran atau kepuasan.
b. Gaya berpikir Siswa dalam Menerima Pelajaran
Ada dua macam gaya berpikir siswa dalam menerima pelajaran,
yaitu gaya
preceptive dan gaya receptive12. Gaya
berpikir preceptive ialah kecenderungan siswa
dalam menerima pelajaran/ informasi atau dalam mengumpulkan
informasi dalam
belajar yang dilakukan dengan beraturan yaitu dengan
mengadakan organisasi atau
hubungan terhadap hal-hal atau konsep-konsep dari informasi
yang diterimanya agar
dapat dikenali/dipahami secara bulat/utuh. Sedangkan pada
gaya berpikir receptive,
kecenderungan siswa dalam menerima pelajaran dilakukan dengan
menerima informasi
(yang disampikan guru/disajikan oleh buku) secara detail,
tanpa berusaha untuk
membulatkan/mengorganisir konsep-konsep informasi yang
diterimanya. Apabila siswa
tersebut mencatat pelajaran yang disampaikan guru maka
mereka cebderung untuk
mencatat setiap kata-kata guru secara detail. Tetapi
sebaliknya bagi siswa yang bergaya
Receptive, mereka hanya mencatat kesimpulan dari
informasi-informasi yang
diterimanya. Oleh karena itu, gaya berpikir perceptive inilah
yang sebaiknya dilakukan
siswa dalam menerima pelajaran.
Gaya berpikir Siswa dalam Menyerap Pelajaran
Gaya belajar siswa pada waktu menyerap pelajaran ada dua
macam, yaitu gaya
Impulsive dan gaya reflective. Gaya
berpikir impulsive ialah gaya siswa dalam
menyerap pelajaran cenderung untuk cepat-cepat mengambil
keputusan tanpa
memikirkan secara mendalam untuk memahami konsep-konsep
informasi yang telah
diterimanya. Sebaliknya, siswa yang bergaya reflective dalam
menyerap pelajaran,
mereka akan mempertimbangkan/memikirkan semua konsep
informasi yang telah
diterimanya terlebih dahulu sebelum diambil
keputusan/dipahami. Dengan demikian,
ada perbedaan cara menyerap pelajaran pada kedua jenis gaya
berpikir tersebut, yaitu
gaya berpikir impulsive lebih cenderung menghafal
semua konsep yang diajarkan,
sedangkan gaya berpikir reflective siswa cenderung
untuk selalu memikirkan dan
memahami semua konsep formasi yang disampaikan guru. Dalam
menghadapi ujian
dengan test objektif yang jumlah soalnya banyak dan harus
diselesaikan dalam waktu
yang singkat/terbatas, bagi siswa yang impulsive akan dapat
dengan mudah dan cepat
penyelesaiannya, maka sebaliknya bagi siswa yang bertipe reflective
d, Gaya berpikir Siswa dalam Memecahkan Masalah
Dalam memecahkan masalah atau dalam menjawab soal yang diajukan
guru, hal
ini bertipe dua macam, yaitu: gaya intuitive dan gaya
sistimatis. Pada gaya intuitif siswa
dalam memecahkan/ menjawab soal dilakukan hanya secara
intuisi atau menurut
perasaannya saja. Sedangkan bagi siswa yang sistematis gaya
berpikir dalam menjawab
permasalahan, tidak dilakukan secara trial and error, tetapi
dengan cara sistimatis, yaitu
dimulai dengan melihat struktur masalahnya, kemudian
mengumpulkan dan
menetapkan alternatif jawaban yang paling tepat untuk
menjawab masalah.
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, ada beberapa gaya
berpikir yang baik
dan perlu dilestarikan serta ada pula gaya berpikir siswa
yang kurang baik yang
perlu segera dimodifikasi oleh guru. Gaya berpikir siswa
yang perlu
diperbaiki/dimodifikasi tersebut adalah gaya berpikir Field
Dependence dalam memulai
belajar, gaya berpikir Receptive dalam menerima
pelajaran, gaya berpikir Impulsive
dalam menyerap pelajaran dan gaya belajar intuitif dalam
menjawab/memecahkan
masalah. Adapun usaha-usaha modikasi tersebut adalah antara
lain;13
1. Memperbaiki gaya berpikir Field Dependence. Tujuan
modifikasi gaya berpikir
field dependence ini ialah agar siswa secara
berangsur-angsur mau belajar
sendiri/mandiri, tidak harus diperintah/ disuruh untuk
belajar oleh guru.
Cara yang harus dilakukan guru adalah:
a. Dalam setiap mengajar guru harus selalu membangkitkan
motivasi intrinsik
kepada diri siswa.
b. Setiap selesai mengajar guru harus memberikan tugas
resitasi/pekerjaan rumah
(Pr).
c. Upayakanlah performance tindakan/perlakuan guru dalam
mengajar dapat
membantu membangkitkan minat siswa kepada pelajaran
d. Usahakanlah agar setiap siswa dalam belajar memperoleh
kepuasan melalui
prosedur didaktis pedadogis yang memungkinakan.
2. Memperbaiki gaya berpikir Receptive.Tujuan
memodifikasi gaya berpikir
Receptive ini ialah agar siswa dalam menerima
pelajaran agar jangan diingat secara
detail, tetapi harus diorganisir agar dapat
dikenali/dipahami secara bulat.
Cara memodifikasinya
Cara memodifikasinya adalah:
a. Dalam setiap mengajar, guru harus membuat kerangka
uraian/skema pelajaran
yang akan disampaikan.
b. Perlu diingatkan kepada siswa agar jangan menerima
pelajaran secara detail;
tetapi diorganisir/dibulatkan.
c. Uraikanlah penjelasan-penjelasan guru dengan
lambat-lambat agar dapat diikuti
dengan baik oleh siswa.
d. Setiap selesai menguraikan pertanyaan untuk mengecek
penguasaan/pemahaman
informasi yang telah disampaikan.
3. Memperbaiki gaya berpikir yang Impulsive.Tujuan
memperbaiki gaya berpikir
ini adalah agar siswa dalam menyerap pelajaran jangan
dihafal seluruhnya, tetapi harus
dipahami.
Cara yang harus dilakukan oleh guru dalam memperbaiki gaya impulsive
ini ialah
a. Ingatkan kepada siswa agar jangan tergesa-gesa dalam
menyerap pelajaran.
b. Dengarkan dulu baik-baik informasi/penjelasan dari guru
kemudian disusun dan
dipikirkan dengan baik untuk dipahami c. Seperti halnya cara
memperbaiki gaya receptive, dalam memperbaiki gaya
impulsive ini guru dalam mengajar harus membuat
kerangka/skema uraian di
papan tulis dan setiap selesai mengajar, bagian-bagian
pelajaran harus disusul
dengan mengajukan pertanyaan untuk mengecek kemampuan dan
keberhasilan
siswa dalam menyerap pelajaran.
4. Memperbaiki gaya berpikir Intuitif. Tujuan
memperbaiki gaya berpikir ini adalah
agar siswa dalam memecahkan permasalahan jangan secara trial
and error, tetapi
terbiasa untuk menjawab masalah secara sistimatis.
Cara memperbaikinya ialah:
a. Ingatkan kepada siswa agar jangan menjawab pertanyaan
menurut perasaan atau
bisikan hati saja.
b. Dengar dan simaklah dulu penjelasan yang diajukan dengan
sebaik-baiknya,
perhatikan struktur masalahnya yang perlu dijawab.
c. Kumpulkan data/alternatif jawaban yang mungkin berkaitan
dengan struktur permasalahan.
d. Tentukan jawaban dari alternatif-alternatif jawaban yang
paling tepat.
Semua
cara modifikasi yang disarankan pada uraian tersebut apabila dapat
dilaksanakan
secara kontinyu dan terorganisir secara integral dalam pelaksanaannya
dapat
diharapkan mampu memperbaiki gaya belajar dan berpikir yang tidak baik pada diri
siswa.